1.
Pusat Laba
Pembentukan
pusat laba dilakukan dalam proses divisionalisasi yang merupakan perubahan
organisasi fungsional menjadi organisasi divisional. Dalam organisasi
fungsional, fungsi-fungsi pokok produksi dan pemasaran dipisahkan dalam unit
organisasi yang terpisah. Jika organisasi tersebut diubah menjadi suatu
organisasi yang besar yang bertanggungjawab sekaligus terhadap fungsi produksi
dan fungsi pemasaran maka proses perubahan tersebut dinamakan divisionalisasi
Dengan demikian divionalisasi pada dasarnya merupakan proses pembentukan
pusat-pusat laba, yang memberikan tanggungjawab kepada manajer pusat laba untuk
memperoleh laba tertentu. Pusat laba biasanya dibentuk jika perusahaan
mempunyai berbagai usaha yang sangat bervariasi sifatnya, sehingga manajemen
puncak perlu mendelegasikan sebagian wewenangnya yang bersangkutan dengan
pendapatan dan biaya kepada manajer yang lebih rendah.
Perlu
dibedakan pengertian divisonalisasi dengan desentralisasi. Desentralisasi
adalah pendelegasian kebebasan untuk mengambiL keputusan sedangkan
divisonalisasi adalah pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diberi tanggungjawab terhadap fungsi produksi dan fungsi pemasaran
sekaligus. Divisionalisasi tidak selalu diikuti dengan desentralisasi wewenang
dari manajemen puncak kepada manajer pusat laba yang dibentuknya. Divisionalisasi membentuk pusat-pusat
pertanggungjawaban yang seolah-olah merupakan perusahaan yang independan dalam
suatu perusahaan. Karena pusat laba bukan merupakan perusahaan yang benar-benar
independan, wewenang manajer pusat laba dibatasi oleh dua kendala berikut ini:
(1)
kendala dari pusat laba yang lain dan
(2)
kendala dari menajemen kantor pusat.
Kendala
dari pusat laba yang lain timbul jika pembentukan pusat laba didorong oleh
keinginan untuk mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dalam perusahaan pembentukan
pusat laba diperlukan jika tiga keputusan berikut ini berada ditangan seorang
manajer suatu pusat pertanggungjawaban:
a.
keputusan mengenai produk apa yang akan
diproduksi dan dijual,
b. keputusan
mengenai sumber pengadaan, dan
c. keputusan
mengenai pemasaran produk tersebut. Jika ketiga macam keputusan tersebut
terpisah di tangan tiga manajer pusat laba, akan sulit dipisahkan kontribusi
tiap pusat laba terhadap pencapaian laba perusshaan secara keseluruhan.
Kendala
dari manajemen kantor pusat dibagi menjadi tiga macam:
a. kendala
yang timbul sebagai akibat pertimbangan strategik, terutama keputusan yang
bersangkutan dengan pembelanjaan,
b. kendala
yang timbul karena persyaratan keseragaman yang ditetapkan oleh kantor pusat,
dan
c. kendala
yang timbul karena penghematan dari adanya sentralisasi kegiatan di kantor
pusat.
Dalam
mempertimbangkan pembentukan pusat laba, berbagai faktor berikut ini perlu
dipertimbangkan:
a. masalah
personel,
b. keaneka
ragaman kegiatan bisnis perusahaan, dan
c. ketidakmungkinan
memisahkan tanggungjawab para manajer pusat laba.
Divisionalisasi
harus didasarkan pada dapat dilakukannya pemisahan kegiatan perusahaan ke dalam
unit-unit penghasil laba. Jika harga transfer merupakan masalah yang serius,
hal ini merupakan petunjuk bahwa tanggungjawab untuk menghasilkan laba tidak
dapat dipisahkan secara jelas dan juga merupakan petunjuk bahwa pusat laba yang
bersangkutan tidak benar-benar bebas.
Divisionalisasi
bukan merupakan alternatif terbaik untuk mengatasi perkembangan bisnis
perusahaan yang semakin kompleks. Ada empat alternatif selain divisionalisasi:
a. pemisahan
tanggungjawab manajemen puncak,
b. pendesentralisasian
tanggungjawab fungsional,
c. penguatan
staff yang membantu manajemen puncak, dan
d. pendesentralisasian
kegiatan-kegiatan yang tidak penting.
PENGUKURAN PRESTASI PUSAT LABA
Jenis
Laba. Ada lima macam konsep laba untuk mengukur prestasi pusat laba
a. laba kontribusi,
b. laba
langsung divisi,
c. laba
terkendalikan,
d. laba
bersih sebelum pajak,
e. laba bersih.
Laba
kontribusi dihitung dengan mengurangkan biaya variabel dari total pendapatan
yeng diperoleh pusat laba. Laba langsung divisi dihitung dengan cara mengurangi
pendapatan divisi dengan semua biaya yang langsung terjadi dalam divisi yang
bersangkutan, tanpa mempedulikan terkendalikan tidaknya biaya tersebut oleh
manajer divisi. Laba terkendalikan dihitung dengan cara mengurangi pendapatan
divisi dengan biaya-biaya yang terkendalikan oleh manajer divisi yang
bersangkutan. Laba bersih sebelum pajak dihitung dengan cara mengurangi pendapatan
divisi dengan total biaya, baik yang berupa biaya langsung divisi maupun biaya
yang dialokasikan oleh kentor pusat kepada divisi tersebut laba bersih divisi
adalah laba bersih sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan yang
menjadi tanggungan divisi.
2.
Pusat Investasi
Pusat investasi adalah suatu pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi untuk menilai kinerja para manajernya
berdasarkan pada laba yang diperoleh dan dihubungkan dengan dana investasi.
Setiap pusat investasi mempunyai seorang manajer utama dan bertanggungjawab
atas setiap unit kegiatan atau program yang terjadi didalam semua divisi yang
dipimpinnya. Kemudian secara periodik manajer tersebut akan
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan.
Pengukuran
kinerja pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran kinerja pusat laba.
Pengukuran kinerja ini diperlukan karena suatu divisi yang memperoleh laba
tinggi tidak berarti mempunyai kinerja yang baik jika laba tersebut dihubungkan
dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Disini
prestasi manajer dinilai atas laba dan investasi yang diperlukan untuk
memperoleh laba.
BENTUK PUSAT INVESTASI
Bentuk
pusat investasi adalah kantor pusat perusahaan atau unit bisnis strategis
maupun divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam menentukan
keputusan operasi yang tidak hanya berjangka pendek tetapi juga tingkat
(besarnya) dan tipe (jenis) investasi.
Masalah
yang timbul pada pusat investasi adalah berkaitan dengan pengukuran
dan tolok ukur prestasi pusat investasi
Pada
umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh labayang memuaskan dari
investasi yang ditanamkan.
Laba yang yang diperoleh berasal
dari modal yang ditanam untuk memperoleh laba tersebut.
Makin besar modal yang ditanam
belum tentu makin besar pula labanya.
PENGUKURAN KINERJA
INVESTASI
Pengembalia Atas Investasi
Ukuran
kinerja yang paling lazim digunakan bagi suatu pusat investasi adalah
pengembalian investasi (return on investasi-ROI) dengan menggunakan Return On
Investment dihitung dengan membagi laba yang diperoleh oleh pusat investasi
dengan aktiva yang diinvestasikan untuk memperoleh laba tersebut. Namun dalam
penentuan return on investment pusat investasi timbul masalah dalam pemilihan
konsep laba dan masalah penentuan aktiva yang dimasukkan dalam unsure investasi
serta pemilihan metode penilaian aktiva yang digunakan oleh pusat investasi.
Konsep laba yang tepat digunakan sebagai pengukur prestasi suatu pusat
investasi adalah laba yang terkendali oleh divisi.
RUMUS PERHITUNGAN ROI
ROI = Laba operasi / Aktiva operasi
rata-rata ATAU
ROI = Margin x perputaran = (Laba
operasi/Penjualan) x (Penjualan /Aktiva operasi rata-rata)
Keterangan :
-
Laba Operasi ( operating income ) adalah laba yang dihasilkan
sebelum bunga dan paja
-
Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan laba operasi
-
Margin adalah rasio dari operasi terhadap penjualan
-
Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung
dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva
operasi rata-rata.
3.
Pusat
Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat
pertanggungjawaban yang keluarannya diukur dalam satuan moneter, sedang
masukannya tidak dihubungkan dengan keluarannya. Masukan pusat pendapatan tidak
dihubungkan dengan pendapatannya karena kedua hal tersebut pada umumnya memang
sulit untuk dihubungkan.
BIAYA DI BAGIAN PEMASARAN DAN
PENGENDALIANNYA
Biaya yang terjadi di bagian
pemasaran, yaitu :
a. Biaya untuk memperoleh pesanan
Contohnya biaya kebijakan.
b. Biaya untuk memenuhi pesanan
Contohnya biaya untuk pengambilan
barang yang dipesan dari gudang, pengepakan, penggudangan, pengiriman,
pembuatan faktur dan penagihan.
BIAYA PENELITIAN PEMASARAN
Dalam
penelitian pemasaran, bagian pemasaran harus bekerja sama dengan bagian
penelitian dalam menentukan masalah dan tujuan penelitian. Biaya penelitian
pemasaran merupakan biaya kebijakan.
Untuk
mengendalikan pusat biaya penelitian dan pengembangan, manajemen harus
mengikuti tahap perencanaan penelitian.
BIAYA PENGAMATAN PESAING
Pengetahuan
tentang apa yang dilakukan pesaing diperlukan manajemen. Cara yang dilakukan
untuk mengetahui pesaing ada beberapa macam mulai dari yang legal sampai yang
tidak legal. Cara lain yaitu membeli produk pesaing untuk dibongkar agar
diketahui desainnya dan taksiran harganya. Informasi mengenai pesaing juga
dapat diperoleh dari pemasok pesaing atau terbitan resmi pesaing.
Ada cara
tidak etis yang dapat dilakukan untuk mengetahui pesaing, yaitu dengan pura-pura
menawarkan kesempatan kerja yang sebetulnya tidak ada, dengan imbalan yang
menarik. Pegawai pesaing mungkin sekali ikut melamar dan tergoda untuk memberi
kesan bahwa dia adalah amat penting untuk diterima, sehingga dia bersedia
membuka rahasia perusahaan tempat dia bekerja. Biaya untuk mengumpulkan
informasi ini merupakan biaya kebijakan.
4.
Pusat Biaya
Pusat
biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang oleh sistem pengendalian manajemen
masukannya diukur dalam satuan moneter, sedangkan keluarannya tidak diukur
dalam satuan moneter. Sebagai contoh yaitu bagian produksi. Di samping
bertanggungjawab atas kualitas output, bagian produksi juga
bertanggungjawab atas biaya produksi, tetapi tidak bertanggungjawab atas nilai
keluaran. Alasan lain untuk tidak mengukur keluaran pusat biaya adalah
kesukaran dalam mengukur keluaran pusat biaya tersebut. Contohnya bagian
keuangan, bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian penelitian dan
pengembangan.
JENIS PUSAT BIAYA
Ditinjau dari sudut pengendalian,
biaya ada dua, yaitu :
a. Biaya teknis
Merupakan
biaya yang jumlahnya berhubungan erat dengan volume kegiatan. Misalnya, biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya kebijakan
Merupakan
biaya yang jumlahnya tidak berhubungan dengan besarnya volume kegiatan.
Berdasarkan jenis biaya tersebut,
pusat biaya dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Pusat biaya teknis
b. Pusat biaya kebijakan
PUSAT BIAYA TEKNIS
Pusat
biaya teknis adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan
dengan pasti karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume kegiatan
pusat biaya tersebut. Contohnya yaitu bagian produksi dan bagian pengiriman.
Efisiensi pusat biaya diukur dengan
jalan menghitung jumlah masukkan yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit
keluaran. Efektifitas pusat biaya tercemin oleh kualitas keluaran pada tingkat
produksi yang direncanakan, dan ketepatan waktu dalam mencapai tingkat produksi
yang direncanakan.
PUSAT BIAYA KEBIJAKAN
Pusat
biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak berhubungan
erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. Contohnya yaitu bagian
akuntansi, bagian personalia, dan bagian penelitian dan pengembangan. Contoh
biaya yang tidak erat berhubungan dengan volume kegiatan adalah gaji pegawai,
dan biaya depresiasi berbagai alat kantor atau laboratorium.
Oleh
karena dalam pusat biaya kebijakan sebagian besar biayanya tidak berhubungan
erat dengan volume kegiatan, maka efisiensinya sulit diukur. Efektivitas bagian
penelitian dan pengembangan dapat diukur dengan jalan membandingkan antara
realisasi dan rencana menciptakan produk baru ataupun peningkatan teknologi.
PENGENDALIAN PUSAT BIAYA
Pengendalian
pusat biaya dilakukan melalui anggaran dan pelaporan. Penggunaan anggaran
sebagai alat pengendali pusat biaya teknis tidak menimbulkan kesulitan karena
ada hubungan erat antara masukan dan keluarannya. Sebagai contoh, kalau untuk
memproduksi sebuah produk, bagian produksi memerlukan biaya variabel Rp.
1.000,- maka untuk menghasilkan 100 buah produk, biaya variabel bagian produksi
tersebut seharusnya Rp. 100.000,-.
0 comments:
Post a Comment