BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Exposure ekonomi jauh lebih penting bagi kesehatan
jangka panjang suatu usaha bisnis disbanding perusahaan yang diakibatkan oleh
exposure transaksi maupun exposure akuntansi. Walaupun demikian, exposure
ekonomi sering kali dinilai subyektif
karena tergantung dari estimasi perubahan aliran arus kas dimasa mendatang
dalam suatu kurun waktu yang arbitrer. Dengan kata lain exposure ekonomi tidak
berasal dari exposure akuntansi namun berasal dari analisis operasi sehingga exposure
ekonomi disebut juga exposure operasi. Perencanaak mengenai exposure ekonomi
merupakan tanggung jawab total manajemen
karena mencakup interaksi strategi keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi.
Exposure operasi lebih kompleks disbanding exposure
transaksi karena itu pengukuran exposure ekonomi/operasi terhadap nilai
perusahaan cukup signifikan. Perusahaan yang tidak dapat mengantisipasi
exposure tersebut akan mengakibatkan turunnya daya saing dan penurunan nilai
perusahaan. dalam exposure ini akan membahas mengenai pengukuran exposure
ekonomi/operasi, dampak dari exposure ekonomi/operasi dan exposure
ekonomi/operasi dalam konteks apresiasi dan depresiasi mata uang local serta
bagaimana untuk mengantisipasi exposure tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Pengertian Exposure Ekonomi/Operasi?
2. Bagaimana
Exposure Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang Lokal?
3. Bagaimana
Cara Mengukur Exposure Ekonomi/Operasi?
4. Bagaimana
Dampak Dalam Exposure Ekonomi/Operasi?
5. Bagaimana
Mengantisipasi Exposure Ekonomi/Operasi?
1.3
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Pengertian Exposure Ekonomi/Operasi?
2. Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Exposure Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi dan
Depresiasi Mata Uang Lokal?
3. Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengukur Exposure Ekonomi/Operasi?
4. Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Dampak Exposure Ekonomi/Operasi?
5. Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengantisipasi Exposure Ekonomi/Operasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Exposure
Ekonomi/Operasi
Menurut
Madura (2000:285) mendeskripsikan bahwa sejauh mana present
value dari arus kas masa depan sebuah perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar disebut dengan exposure ekonomi terhadap nilai tukar. Namun, pengaruh fluktuasi nilai
tukar atas arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh transaksi
valuta.
Machfoedz
(2002) mengemukakan bhwa eksposur
ekonomi adalah risiko perubahan
nilai perusahaan atau perubahan aliran kas
yang disebabkan karena perubahan nilai tukar. Eksposur
ekonomi yang meliputi eksposur transaksi
dan eksposur operasi, menjelaskan
pengaruh perubahan nilai tukar mata uang
terhadap nilai ekonomis perusahaan. Walaupun
eksposur transaksi termasuk
eksposur akuntansi, tapi lebih pantas sebagai
eksposur arus kas
dan sebagai bagian dari
eksposur ekonomi.
Eksposur
ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja. Perusahaan
domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa
terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam pasar domestik,
oleh sebab itu perusahaan domestik harus
bersaing dengan perusahaan asing dalam merebut pasar, adanya fluktuasi
nilai tukar akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan laba rugi perusahaan
(Anggraeni:2003).
Untuk
memperjelas ekposure ekonomi/operasi berikut contoh yang dikemukakan oleh
Hanafi (2003:277):
Misalkan ada perusahaan Indonesia yang mempunyai
cabang di Amerika Serikat. Cabang tersebut memproduksi barang yang akan dijual
di pasar domestic AS. Proporsi input yang signifikan dating dari Indonesia.
Kemudian mata uang dolar mengalami depresiasi terhapat Rupiah yang cukup
signifikan. Perhatikan bahwa contoh berikut menunjukkan depresiasi. Biasanya
mata uang yang mengalami depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas
dengan nominasi mata uang tersebut, jika dikonversikan ke mata uang Negara
kantor pusat akan lebih kecil dibandingkan sebelum didepresiasi. Perubahan
aliran kas karena perubahan kurs disebabkan dua hal:
a. Perubahan
daya saing. Perubahan kurs mengakibatkan perubahan daya saing. Dalam contoh
diatas, karena sebagian input didatangkan dari Indonesia, harga input dalam
rupiah akan menjadi lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi daya saing produk tersebut.
b. Perubahan
karena konversi mata uang. Perubahan kurs juga mengakibatkan perubahan aliran
kas. Dalam contoh diatas, dengan depresiasi dolar, satu dolar AS akan
menghasilkan Rupiah yang lebih sedikit terjadi depresiasi dolar.
2.2
Exposure
Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi Dan Depresiasi Mata Uang Lokal
Exposure
ekonomi/Operasi dalam Apresiasi Mata Uang Lokal
Dampak apresiasi mata uang local
terhadap eksposure ekonomi/operasi terlihat pada kolom kedua Tabel 2.2.
penjualan perusahaan untuk pasar local diperkirakan akan turun akibat apresiasi
mata uang local. Ini disebabkan karena meningkatnya persaingan karena konsumen
dapat memperoleh produk pengganti dari luar negeri yang lebih murah. Seberapa
jauh menurunnya penjualan local akan tergantung ari derajat persaingan antara
produk asing dengan produk local di pasar domestic (Kuncoro.1996:281)
Aliran kas yang berasal dari ekspor
yang dinilai dalam mata uang local kemungkinan akan menurun akibat apresiasi
mata uang local. Alasannya, importer asing membutuhkan lebih banyak devisa
untuk membeli produk ekspor.
Menurut Madura (2000:286) mengemukakan bahwa Secara keseluruhan, apresiasi valuta
local akan menyebabkan penurunan arus kas masuk maupun arus kas keluar. Jadi
sulit untuk membuat kesimpulan umum mengenai apakah arus kas netto akan
meningkat atau menurut jika valuta local mengalami apresiasi. Dampak dari
valuta local atas arus kas netto perusahaan tergantung pada apakan
variable-variabel kas masuk dipengaruhi lebih besar atau lebih kecil daripada
variable-variabel kas keluar. Sebagai contoh jika erusahaan bergerak dalam
bisnis ekspor tetapi mendapatkan sebua produk input dari pasar local dan
meminjam dari institusi keuangan local,
maka variable-variabel kas masuknya akan berkurang dengan besar yang lebih
tinggi daripada variable-variabel arus kas keluarnya. Dalam hal ini arus kas
netto akan berkurang. Sebaliknya arus kas masuk dari perusahaan yang
mengkonsentrasikan penjualannya dalam pasar local dan mendapat persaingan yang
lemah dari pesaing-[easing asing tidak
akan berkurang banyak jika valuta local mengalami apresiasi. Jika perusahaan
semacam ini mendapatkan input dar luar negeri, arus kas keluarnya akan
berkurang. Secara keseluruhan, arus kas netto perusahaan ini akan meningkat
akibat apresiasi valuta local.
Ekspor yang dinilai dalam mata uang
asing kemungkinan juga akan menurunkan aliran kas masuk meskipun dengan alasan
yang berbeda. Permintaan tas produk perusahaan oleh importer asing tidak akan
berubah, karena importir tersebut dapat menggunakan mata uangnya sendiri dan
tidak perlu mendapatkan mata uang local yang digunakan oleh perusahaan. Namun
ketika perusahaan menerima aliran kas masuk ia harus mengkonversinya kedalam
mata uang local. Bila mata uang local mengalami apresiasi, aliran masuk ini
akan berkurang nilainya. Deikian juga setiap bunga dan deviden yang
diterima dari investasi asing akan
berkurang nilainya bila dikonversikan kedalam mata uang local yang mengalami
apresiasi (Kuncoro.1996:282).
Berkaitan dengan kas keluar menurut
Kuncoro (1996:282) bahwa biaya mengimpor bahan baku yang dinilai dalam mata
uang local tidak akan secara langsung terpengaruh oleh setiap perusahaan kurs
valas. Walaupun demikian, biaya bahan baku dalam mata uang asing akan berkurang
apabila mata uang local mengalami apresiasi. Ini diakibatkan karena ditukarnya
mata uang local yang menguat dengan dengan valaa untuk membayar bunga.
Tabel
2.2 Expisure Ekonomi Terhadap Fluktuasi
Nilai Tukar
Variabel-variabel
yang mempengaruhi Arus Kas Masuk Valuta Lokal
|
Dampak
Apresiasi Valuta Lokal atas Variabel
|
Dampak
Depresiasi Valuta Lokal atas Variabel
|
Penjualan local (relative terhadap para pesaing
dalam pasar local)
Ekspor yang didenominasi dalam valuta local
Ekspor yang didenominasi dalam valuta Asing
Bunga yang diterima dari investasi di luar negeri
|
Turun
Turun
Turun
Turun
|
Naik
Naik
Naik
Naik
|
|
Variabel-variabel
yang mempengaruhi Arus Kas Keluar Valuta Lokal
|
Dampak
Apresiasi Valuta Lokal atas Variabel
|
Dampak
Depresiasi Valuta Lokal atas Variabel
|
Bahan baku
impor yang didenominasi dalam valuta local
Bahan baku yang didenominasi dalam valuta asing
Bunga yang terhutang dari dana luar negeri yang
dipinjam
|
Tidak Berubah
Turun
Turun
|
Tidak Berubah
Naik
Naik
|
Exposure
Ekonomi/Operasi dalam Depresiasi Mata Uang Lokal
Table kolom 3 diatas
menunjukkan bila mata uang local
mengalami depresiasi, maka variable-variabel akan terpengaruh dalam arah yang
berlawanan dengan bila terjadi apresiasi. Penjualan local akan meningkat akibat
menurunnya persaingan dengan produk asing. Ini disebabkan harga produk-produk
asing dirasakan lebih menjadi tinggi dimata konsumen local. Ekspore perusahaan
yang dinilai dalam mata uang asing dirasak murah bagi importir sehingga
meningkatkan permintaan atas produk tersebut. Bahkan ekspor yang dinilai dalam
valas akan mengakibatkan aliran kas karena sejumlah aliran mata uang asing ke
dalam perusahaan akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi bila dikonversi dalam mata uang local.
Selain itu, bunga maupun deviden dari investasi asing sekarang akan menghasilkan
nilai yang lebih tinggi dalam mata uang local (Kuncoro.1996:283)
Menurut Madura berkenaan dengan
arus kas keluar, bahan baku impor didenominasi dalam valuta local tidak akan
secara langsung dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar. Namun, biaya bahan baku
impor yang didenominasi dalam valuta asing akan naik, karena kan lebih banyak
dibutuhkan valuta asing yang diinginkan. Setiap Bungan yang harus dibayarkan
untuk pinjaman juga akan menjadi lebih tinggi.
Secara umum dapat disimulkan bahwa
depresiasi mata uang local menyebabkan kenaikan, baik dalam aliran kas masuk
maupun aliran kas keluar. Karena itu sulit untuk menggeneralisasi apakah aliran
kas bersih akan meningkat atau menurun akibat depresiasi mata uang local. Hasil
akhir akan tergantung apakah variable yang mempengaruhi aliran kas keluar.
Perusahaan yang mengkhususkan pada bisnis ekspor dan memperoleh bahan baku dan
dana pinjaman secara local agaknya akan mendapat manfaat dari depresiasi mata
uang local. Sebaliknya, perusahaan yang menfokuskan pada pasar mendapatkan
sebagian besar bahan baku dari impor agaknya akan menderita akibat depresiasi
mata uang local.
2.3
Mengukur
Exposure Ekonomi/Operasi
1.
Sensitivitas
Laba Terhadap Nilai Tukar
Madura (2000:290) menjelaskan bahwa salah satu pengukuran exposure ekonomi
sebuah MNC adalah mengklasifikasikan kedalam item-item yang berbeda dan laporan
laba rugi kemudian secara subyektif memprediksi tiap item laporan laba rugi
berbasis nilai tukar hasil peramalan. Selankutnya scenario nilai tukar yang
lain bisa dipertimbangkan dan peramalan atas item-item laporan laba rugi dapat
direvisi. Denga mereviw bagaimana laba dalam laporan laba rugi berubah sebagai
reaksi terhadap scenario-skenario nilai tukar yang berlainan, perusahaan dapat
menilai pengaruh dari pergerakan valuta atas laba dan arus kas. Jika biaya dan
perusahaan terkena dampak yang besarnya sama, perusahaan tersebut tidak perlu
mengkhawatirkan dampak dari pergerakan nilai tukar.
Tabel
23.1 Pendapatan dan Biaya Madison Inc
|
Bisnis
dii AS (US$)
|
Bisnis
di Kanada (C$)
|
Penjualan
Harga
Pokok Penjualan
|
$ 304
50
|
C$ 4
200
|
Laba
Kotor
|
$ 254
|
C$ (196)
|
Biaya
Operasi:
Tetap
Variabel
|
$ 30
$ 30,72
|
-
-
|
Total
Biaya Operasi
|
$60,72
|
-
|
Laba
Sebelum bunga
|
$ 193,28
|
C$ (196)
|
Beban
Bunga
|
$ 3,00
|
10
|
Laba
Setelah Pajak
|
$ 190,28
|
C$ (206)
|
Suatu perusahaan AS yang melakukan
bisnis di Kanad. Penjualan produk Madison di pasar local dinyatakan dalam dolar
AS (US$), sedang penjualannya di Kanada didenominasi dalam dolar Kanada (C$).
Madison
diasumsikan hendak menaksir seberapa jauh laporan laba ruginya akan dipengaruhi
oleh 3 kemungkinan kurs valas untuk dolar Kanada: (1) $ 0,75; (2) $ 0,80; dan
(3) $ 0,85. Agar lebih
realistic, diasumsikan penjualan Madison di AS lebih tinggi apabila dolar
Kanada Menguat, Karen pesaing-pesaing Kanada yang berada dalam pasar AS akan
menurun daya saingnya. Agar lebih spesifik, berikut adalah proyeksi penjualan
Madison dalam pasar AS untuk setiap scenario nilai tukar.
Skenario
Nilai Tukar C$
|
Perkiraan
Penjualan Pasar AS (Dalam $ Juta)
|
$
0,75
0,80
0,85
|
$300
304
307
|
Tabel 23.2
Dampak dari Berbagai Skenario Nilai Tukar atas Laba
Skenario
Nilai Tukar
C$ = $ 0,75 C$
= $ 0,80 C$ = 0.85
|
Penjualan:
1.
AS
2.
Kanada
3.
Total
|
$ 300
C$4
= $ 3
$ 303
|
$ 304
C$4= $ 3,2
$ 307,2
|
$ 307
C$4
= $ 3,4
$ 310,4
|
Harga
Pokok Penjualan
4.
AS
5.
Kanada
6.
Total
7.
Laba Kotor
|
$ 50
C$200 = $ 150
$ 200
$ 103
|
$ 50
C$200
= $ 160
$ 210
$ 97,2
|
$ 50
C$200
= $ 170
$ 220
$ 90,4
|
Laba
Operasi
8.
AS: Tetap
9. AS:
Variabel (10% dari total penjualan
10.
Total
11.
EBIT
|
$ 30
$ 30,3
$ 60,3
$ 42,7
|
$ 30
$ 30,72
$ 60,72
$ 36,48
|
$ 30
$ 31,04
$ 61,04
$ 29,36
|
Beban
Bunga
12.
AS
13.
Kanada
14.
Total
15.
EBT
|
$ 3
C$10
= $ 7,5
$ 10.5
$ 32,2
|
$ 3
C$10
= $ 8
$ 11
$ 25,48
|
$ 3
C$10
= $ 8,5
$ 11,5
$ 17,86
|
Dengan informasi diatas, Madison
dapat menentukan bagaimana laporan laba ruginya akan terpengaruh oleh
masing-masing scenario kurs. Asumsi dampak kurs terhadap penjualan AS
diperlihatkan pada baris 1. Baris 2 menggambarkan bahwa jumlah dolar AS ang
diterima dalam dolar AS yang diterima dari penjualan di Kanada (setelah
mengkonvers ramalan C$4 juta dari
penjualan di Kanada ke dalam dolar AS). Baris 3 menunjukkan perkiraan total
penjualan yang diterima dalam dolar AS, yang ditentukan dengan menggabungkan
baris 1 dan baris 2. Baris 4 merupakan biaya penjualan barang di AS. Baris 5
mengkonversikan estimasi biaya penjualan sebesar C$ 200 juta kedalam dolar AS untuk masing-masing scenario kurs. Baris 6
mengukur perkiraan dolar AS yang dibutuhkan untuk menutup total biaya penjualan
barang, yang diperoleh dari mengkombinasikan baris 4 dan 5. Baris 7
mengestimasikan laba kotor dalam dolar AS, yang diperoleh dari baris 3
dikurangi baris 6. Baris 8 hingga 10 menunjukkan estimasi biaya operasi,
sehingga diperoleh EBIT. Baris 12 mengestimasi biaya bunga yang dibayar,
sementara baris 13 menunjukkan estimasi dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar bunga di Kanada.
Baris 14 mengkombinasikan baris 12 dan 13 untuk mengestimasi total dolar AS
yang dibutuhkan untuk membayar semua
bunga. Baris 15 menunjukkan penerimaan sebelim pajak, yang diperoleh dari
selisih antara baris 11 dan 14 (Kuncoro.
1996: 290).
Menurut Kuncoro Dampak kurs terhadap penerimaan dan biaya Madison
sekarang dapat dilihat pada table 2.3 mengilustrasikan bhwa baik penjualan di
AS dan nilai dolar dari penjualan di Kanada akan meningkat akibat menguatnya
dolar Kanada. Ini disebabkan exposure biaya penjualan di Kanada (C$200 juta)
jauh lebuh besar disbanding exposure penjualan di Kanada (C$ 4 juta), sehingga
terdapat dampak total yang negative terhadap laba kotor dari menguatnya dolar
Kanada. Total dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar bunga jauh lebih tinggi
dari pada dolar Kanada menguat. Secara umum dapay disimpulkan Madison akan
dirugikan apabila dolar Kanada menguat . namun Madison akan untuk jika apabila
dolar Kanada melemah terhadap dola AS, karena menurunnya total penerimaan
dihilangkan oleh turunnya biaya penjualan dan biaya bunga.
Sedangkan Madura menyimpulkan
secara umum dari kasus diatas adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih
banyak (lebih sedikit) biaya dalam
valas, relative terhadap pendapatan yang diperoleh dalam valuta asing, akan
dirugikan (menguntungkan) oleh menguatnya valuta asing. Tetapi besarya dampak
secara pasti hanya dapat ditentukan dengan menggunakan prosedur yang telah
dijeaskan. Contoh kita didasarkan pada horizon waktu 1 periode. Jika perusahaan
telah membuat proyeksi penjualan, biaya dan nilai tukar untuk beberapa period
eke depan, perusahaan tersebut dapat menilai exposure ekonomi secara terus
menerus. Setiap saat, exposure ekonomi akan dipengaruhi oleh perubahan dalam
karakteristik operasi.
2.
Sensitivitas
Arus Kas Terhadap Nilai Tukar
Madura (2000) mengemukakan bahwa Metode lain
yang dapat digunakan untuk menilai exposure ekonomi sebuah perusahaan terhadap
fluktuasi valuta adalah dengan meregresikan data-data arus kas dan nilai tukar
historis.
PCFt = a0 + a1et
+ ųt
Dimana,
PCFt = persentase perubahan dalam arus kas yang
telah disesuaikan dengan inflasi, yang diukur dalam valuta asal perusahaan,
selama periode t
e t =
persentase perubahan nilai tukar selama periode t
a1
= koefisien slope
a0 = konstanta
ųt = Random eror term
Model regresi ini bisa dikembangkan dengan
melibatkan variable-variabel lain. Sebagai contoh, jika pergerakan valuta lain
perlu diperhitungkan dalam model, valuta tersebut dapat dimasukkan kedalam
model sebagai variable independen tambahan. Sensitivitas dari pergerakan
masing-masing valuta atas arus kas akan ditentukan oleh nilai koefisien regres
masing-masing. Jika arus kas sebuah perusahaan multinasional dipengaruhi oleh
banyak valuta, perusahaan multinasional tersebut dapat mengukur sensitivitas
dari PCF, terhadap indeks valuta (gabungan).
Sejumlah perusahaan multinasional
mungkin lebih suka menggunakan nilai saham mereka sebagai pengganti nilai
perusahaan, jika kemudian menilai bagaimana harga saham mereka berubah sebagai
reaksi terhadap pergerakan valuta. Analisis regresi kemudian dapat
diaplikasikan untuk situasi ini, dengan mengganti PCF, dengan presentasi
perubahan dalam harga saham.
r = a0 + a1 +
IHSG + a2 E +e
dimana r merupakan presentase perubahan harga saham
perusahaan, IHSG merupakan persentase Indeks Harga Saham Gabungan, E merupakan
persentase perubahan dari nilai setiap valas (Kuncoro. 1996: 292)
Sejumlah
peneliti menurut Madura (2000) termasuk Adler dan Dumas, menyarankan pemakaian
analisis regresi untuk tujuan ini. Dengan menggunakan pergerakan harga saham
sebagai variable independen, analisis regresi dapat menjelaskan seberapa
sensitivnya nilai perusahaan (harga saham) terhadap pergerakan nilai tukar.
2.4
Dampak
Exosure Ekonomi/Operasi
Menurut Kuncoro (dalam Stonehill,et al. 1982: 128) dampak
exposure ekonomi tergantung dari horizon waktu yang digunakan. Setiap
perusahaan kurs yang tidak diharapkan akan berdampak bagi aliran kas perusahaan
dalam 4 tahap: Jangka Pendek, Jangka menengah dengan kasus ekuilibrium, Jangka
Menengah dengan kasus ketidakseimbangan, dan jangka panjang.
1.
Jangka
Pendek
Menurut Yuliati & Prasetyo dampak exposure
opersi adalah pada aliran kas yang diharapkan dalam anggaran operasi satu
tahunan. Keuntungan atau kerugian yang dialami akan ditentukan oleh denominasi
mata uang. Denominasi mata uang dalam perjanjiantertulis umumnya tidak dapat
diubah, demikian juga dengan perjanjian yang tidak tertulis. Dalam jangka
pendek perusahaan umumnya juga sulit menyesuaikan harga jual atau harga faktor-faktor produksi. Oleh karena itu,
aliran kas yang terealisasi akan berbeda dari yang dianggarkan . tetapi,
seiring berjalannya waktu, harga-harga dan biaya-biaya akan dapat disesuaikan untuk mencerminkan kondisi
persaingan baru yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang.
2.
Jangka
Menengah: Kasus Ekuilibrium
Dampak kedua adalah pada aliran kas janga menengah
yang diharapkan, seperti yang telah ditunjukkan dalam perencanaan dua sampai
lima tahunan, dimana terdapat kondisi keseimbangan diantara berbagai nilai
tukar mata uang, laju inflasi dan tingkat bunga antar Negara. Dibawah kondisi
keseimbangan perushaan seharusnya dapat menyesuaikan harga dan biaya faktor
produksi untuk mempertahankan aliran kas yang diharapkan. Dalam kondisi ini,
denominasi mata uang dari aliran kas yang diharapkan tidaklah sepenting Negara
dimana aliran kas diperoleh . kebijakan moneter, fiscal dan neraca pembayaran
akan menentukan apakah kondisi keseimbangan akan tetap ada dan apakah
perusahaan mampu menyesuaikan harga dan biaya (Yuliati &Prasetyo. 2005: 172)
Kuncoro (1996) mendeskripsikan bahwa apabila
ekuilibrium terjadi terus menerus, dan perusahaan bebas menyesuaikan harga dan biaya agar dapat mempertahankan posisi
kompetitifnya, exposure ekonomi mungkin sama dengan nol. Aliran kas dan pasar
perusahaan tidak berubah karena perubahan kurs valas telah diantisipasi.
Walaupun demikian, mungkin kondisi ekuilibrium terjadi namun perusahaan tidak
ngin atau tidak dapat menyesuaikan perasinya terhadap lingkungan yang baru.
Dalam kasus seperti itu perusahaan akan mengalami exposure ekonomi karena
realisasi aliran kas akan berbeda dengan yang diharapkan,. Akibatnya, nilai
pasarnya mungkin juga berubah
3.
Jangka
Menengah: Kasuk Ketidakseimbangan
Dampak ke 3 adalah pada aliran kas jangka menengah,
dengan asumsi terjadi ketidakseimbangan. Dalam kasus ini perusahaan tidak dapat
menyesuaikan harga dan biayanya akibat perubahan kurs valas. Realisasinya
aliran kas perusahaan akan berbeda dengan aliran yang diharapkan. Karena tidak
diantisipasi maka nilai pasar perusahaan bisa saja berubah (Kuncoro. 1996: 286)
4.
Jangka
Panjang
Dampak terakhir adalah pada aliran kas jangka
panjang, yaitu periode diatas 5 tahun. Aliran kas perusahaan akan dipengaruhi
oleh reaksi pesaing yang ada maupun potensial terhadap perubahan kurs dalam
kondisi ketidakseimbangan. Memang harus diakui, semua perusahaan, tidak peduli
orientasi pasarnya domestic maupun multinasional, akan terkena exposure ekonomi
dalam jangka panjang apabila pasar vals tidak berbeda dalam kondisi keseimbangan
secara terus menerus (Kuncoro. 1996: 286)
2.5
Mengantisipasi
Exposure Ekonomi/ Operasi
Sebelum membahas mengenai strategi untuk
mengantisipasi exposure ekonomi. Berikut adalah faktir yang mepengaruhi
exposure ekonomi menurut Setiadi:
a. Penjualan
produk perusahaan, di dalam atau di luar negeri
b. Pesaing
utama perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri
c. Elastisitas
permintaan barang terhadap harga
d. Lokasi
produksi
e. Impor
bahan baku
f. Enetapan
harga input dan output
Menurut Kuncoro (1996) tujuan manajemen exposure
ekonomi adalah mengantisipasi dan mempengaruhi dampak kurs valas yang tidak
diharapkan terhadap a;iran kas perusahaan di masa yang akan dating. Untuk itu
manajer harus tidak hanya mengenali kondisi ketidakseimbangan namun juga harus
mempersiapkan perusahaan untuk bereaksi dengan cara yang paling tepat. Tugas
ini dapat dilakukan dengan baik apabila perusahaan nelakukan diversifikasi
Internasional baik operasi maupun dasar pembiayaan serta strategi pemasaran.
1.
Diversifikasi
Operasi
Diversifikasi operasi menurut Kuncoro (1996)
meliputi diversifikasi penjualan, lokasi produksi dan sumber bahan baku. Cara
yang umumnya ditempuh adalah:
a. Melakukan
bauran input. Para produse mobil Jepang mengantisipasi menguatnya yen dengan
melakukan outsourcing, yaitu mendapatkan input dari luar Jepang terutama korea
Selatan dan Taiwan, Negara dimana mata Uangnya berkaitan erat dengan dolar AS.
b. Menggeser
produksi diantara pabrik yang ada. TNC dengan system globalnya dapat
mengalokasikan produksi bagi beberapa pabriknya sejalan dengan berubahnya biaya
produksi dalam dolar, meningkatkan produksi di Negara yang mata uangnya
mengalami depresiasi/devaluasi dan menurunkan produksi di Negara yang mata
uangnya mengalami apresiasi/revaluasi.
c. Mendirikan
pabrik baru di luar negeri. Menguatnya
yen telah menyebabkan banyak perusahaan Jepang melakukan relokasi
pabriknya ke luar negeri, seperti ke
Taiwan, Korea Selatan, Singapura bahkan ke AS.
d. Meningkatkan
produktivitas dengan menutup pabrik yang tidak efisien, meningkatkan
otomatisasi, dan meningkatkan kualitas produk. Cara ini banyak dilakukan oleh
perusahaan AS karena tekanan persaingan dari perusahaan asing.
e. Perencanaan
terhadap perubahan kurs. Kemampuan untuk memprakirakan fluktuasi kurs membawa
implikasi yang fundamental bagi manajemen risiko valas,. Bermacam strategi
bersaing dapat digunakan seperti outsourcing, system manufaktur yang stabil,
jaringan produksi global, dan memperpendek siklus produk.
Diversifikasi dasar pembiayaan berarti mendapatkan
dana di satu atau lebih pasar modal dan mata uang. Bila suatu perusahaan
mendinersifikasikan sumber pembiayaannya, maka ia akan memposisikan untuk
mengambil manfaat dari penyimpangan temporer dari dampak Fisher Internasional.
2.
Strategi
Pemasaran
Desain
strategi pemasaran dalam kondisi mata uang local yang fluktuatif merupakan
peluang yang patut diperhitungkan untuk memperoleh keunggulan kompetitif.
Strategi pemasaran menurut Kuncoro yang lazim digunakan adalah:
Seleksi dan
segmentasi pasar
Menurut Hanafi (2003) seleksi pasar
menentukan pasar mana yang akan dimasuki dengan strategi yang yang bagaimana.
Negara dengan mata uang yang menguat merupakan target yang cukup menarik dimasuki
karena harga menjadi relative lebuh mahal dibandingkan produk impor. Sebagai
contoh, jika mata uang yen menguat terhadap mata uang Rupiah, maka produk
Indonesia mempunyai kesempatan yang bagus untuk menembus pasar Jepang. Pada
waktu dolar AS menguat terhadap yen dan mark Jerman pada awal tahun 1980-an,
perusahaan mobil Jepang dan Jerman memperoleh kesempatan yang baik untuk
melakukan penetrasi pasar di AS.
Manajer dapat melakukan segmentasi
pasar untuk mengurangi sensitvitas pasar terhadap perubahan harga. Perubahan
kurs terutama akan menyebabkan daya saing harga akan berubah. Pada waktu dolar
menguat terhadap Yen Jepang, harga mobil Jepang bisa ditekan lebih murah karena
input mobil tersebut didenominasi yen, yang nilainya melemah terhadap dolar AS.
Strategi Bauran
Pasar
menurut Hanafi (2003) strategi bauran basar dapat
dilihat dari:
a. Produk.
Untuk menghindari sensitivitas pasar terhadap harga, perusahaan dapat
mengembangkan lini produk yang lebih beragam, tidak hanya tergantung pada yang
menggunakan harga sebagai alat persaingan. Lini produk yang semakin berkembang
biasnya mengikuti target pasar yang semakin berkembang. Dengan demikian
perusahaan harus menentukan lebih dulu pasar yang akan dijadikan sebagai
target, kemudian merancang produk untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
b. Harga.
Jika kurs berubah ada dua tujuan yang
tidak selalu konsisten yaitu pangsa pasar dan marjin keuntungan. Jika mata uang
mengalami devaluasi/depresiasi, produk yang dihasilkan oleh perusahaan Negara
tersebut akan relative menjadi murah. Perusahaan mempunyai dua pilihan:
(1) Harga
berubah. Jika mengalami depresiasi mata uang suatu Negara, biaya barang impor
akan naik dan kemungkinan harga barang impor akan ikut naik.
(2) Harga
tetap. Jika harga tidak berubah, perusahaan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan pangsa pasar. Tetapi strategi tersebut tidak akan meningkatkan
marjin keuntungan
Strategi sebaliknya dilakukan jika mata uang suatu
Negara mengalami apresiasi. Perusahaan asing, daam situasi tersebut bisa
menurunkan harga untuk menjaga pangsa
pasar. Tetapi biaya yang dihadapi adalah menurunnya marjin keuntungan, bahkan
bisa rugi khususnya dalam jangka pendek.
Dilain pihak perusahaan asing bisa menaikkan harga untuk mengimbangi kenaikan harga input yang
didatangkan dari luar. Strategi macam ini akan memepertahankan marjin keuntungan,
tetapi pangsa pasar bisa berkurang.
c. Promosi.
Untuk menghadapi perubahan kurs promosi dilakukan konsisten dengan strategi
produk atau harga.
d. Distribusi.
Strategi distribusi mengikuti strategi pasar dan produk.
3.
Produksi
a. Komposisi
input. Perusahaan dapat menggunakan input lebih banyak dari Negara dengan mata
uang yang mengalami depresiasi dan
mengurangi input dari Negara dengan mata uang yang menguat. Jika mata uang
domestic menguat relative terhadap mata uang asing, komposisi nput dari luar
negeri akan lebih diperbanyak.
b. Pemindahan
fasilitas produksi. Jika perusahaan multinasional mempunyai beberapa pabrik di
beberapa Negara, tingkat produksi dapat diubah ubah. Tingkat produksi akan
ditingkatkan di pabrik di Negara dengan mata uang yang melemah. Sebaliknya jika mata uang suatu
Negara menguat, tingkat produksi di pabrik di Negara tersebut akan di perkecil.
c. Lokasi
Pabrik.
Perusahaan
multinasional dapat memindahkan lokasi pabriknya ke Negara ketiga, biasaya
Negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dengan cara itu, disamping biaya
produksi bisa ditekan, penghematan biaya produksi bisa dipakai untuk
mengkompensasi apresiasi nilai mata uang dalam negeri.
d. Meningkatkan
produktivitas.
Dengan
meningkatkan produktivitas, kebutuhan
relokasi pabrik menjadi lebih berkurang karena perusahaan multinasional bisa
mengkompensasi exposure mata uang asing dengan kenaikan produktivitas.
4.
Kebijakan
Keuangan
a. Hedging
Alamiah.
Melalui
hedging alamiah, perusahaan multinasional berusaha menyeimbangkan denominasi aliran
kas masuk dengan denominasi aliran kas keluar. Misal perusahaan multinasional
Indonesia mengekspor barang ke Filifina. Perusahaan tersebut dengan demikian
memperoleh aliran kas masuk dengan denominasi peso Filifina, sementara input
dibayar dengan Rupiah. Misalkan terjadi depresiasi peso Filifina yang cukup
signifikan, maka aliran kas masuk akan menjadi lebih sedikit jika kas tersebut
dikonversikan ke Rupiah, sedangkan aliran kas keluar dalam rupiah tidak
berubah.
Dengan
demikian perusahaan tersebut mengalami aliran kas masuk bersih yang lebih
sedikit. Utnuk menghindari situasi semacam itu, perusahaan multinasional bisa
membperbanyak aliran kas keluar dengan denominasi peso Filifina untuk
menyeimbangkan aliran kas masuknya. Perusahaan multinasional tersebut dapat
pempebanyak input dari Filifina sehingga aliran kas keluar dibayar dengan peso
Filifina.
b. Back
to Back Loan.
Cara
ini selain untuk manajemen exposure operasi juga dapat digunakan untuk
mengatasi batasan airan modal. Cara tersebut dapat digambarkan sebagai beriku:
misalkan ada dua perusahaan multinasional: (1)perusahaan AS dengan cabang di
Prancis, (2) perusahaan Prancis dengan cabang di AS. Jika prancis membutuhkan
dana (dalam franc), dan AS membutuhkan dana (dalam dolar), masing-masing pusat
tidak perlu memasok dana secara langsung,. Jika memasok dana secara langsung
akan terjadi exposure valuta asing. Pusat AS memberikan dana dalam olar,
kemudian dikonversi ke Franc Prancis dan diberikan ke cabang Prancis.
Melalui
Back to Back loan, perusahaan prancis memberikan pinjaman dalam bentuk Franc ke
cabang Prancis dari perusahaan multinasional AS. Sedangkan perusahaan AS
memberikan pinjaman dalam bentu dolar AS ke cababg AS perusahaan multinasional
Prancis.
c. Swap
Mata Uang asing
Swap mata uang dilakukan dengan
menukarkan aliran kas dengan denominasi
yang berbeda. Misalkan perusahaan multinasional Indonesia mengekspor barang ke
AS dan meminjam dana dalam Rupiah ke bank Indonesia. Untuk menyembangkan aliran
kas masuk dengan kas keluar atu mengurangi exposure valuta asing, akan lebik
baik bagi perusahaan multinasional
tersebut untuk menukarkan lairan kas masuk ke dalam rupiah. Misalkan perusahaan
tersebut menemukan perusahaan multinasional AS yang mengekspor barang ke Indonesia. Aliran masuk perusahaan tersebut
mempunyao denoinasi rupiah, dan perusahaan tersebut akan lebih baik jika
mempunyai aliran kas keluar dengan denominasi dolas AS. Perusahaan
multinasional Indonesia dapat melakukan swap aliran kas dolar menjadi aliran
kas rupiah dengan perusahaan multinasional AS. Perusahaan multinasional AS
mempunyai aliran kas masuk dalam dolar setelah perjanjian swap tersebut.
d. Leading
dan Legging
Leading berarti mempercepat aliran
pembayaran, sedangkan Legging berarti memperlambat pembayaran. Jika mata uang
suatu Negara diperkirakan mengalami depresiasi yang signifikan, maka aliran kas
masuk dengan denominasi mata uang tersebut lebih baik dipercepat. Jika aliran
kas masuk tersebut dibayar pada waktu mata uang terdepresiasi, maka nilai
aliran kas masuk tersebut akan berkurang.sedangkan aliran kas keluar dengan
denominasi mata uang tersebut akan lebih baik jika diperlambat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Keimpulan
Eksposur ekonomi
adalah risiko perubahan nilai
perusahaan atau perubahan aliran kas
yang disebabkan karena perubahan nilai tukar. Untuk mengukur
exposure ekonomi dapat menggunakan dua cara yaitu sensitivitas laba terhadap
nilai tukar dan sensitivitas arus kas
terhadap nilai tukar. Juga dalam xposure ekonoi terdapat dampak yang terjadi
yaitu dampak jangka pendek, jangka menengah (Ekuilibrium dan ketidakseimbangan)
dan jangka penjang. Kemudia ekposure ekonomi dapat di antisipasi dengan cara
berikut:
1. Diversifikasi
Operasi
2. Strategi
Pemasaran yang meliputi: Seleksi dan segmentasi Pasar dan strategi Bauran Pasar
3. Produksi
yang meliputi:
a. Komposisi
input
b. Pemindahan
fasilitas produksi
c. Lokasi
pabrik
d. Meningkatkan
produktivitas
4. Kebijakan
keuangan, melalui:
a. Hedging
alamiah
b. Back
to back loan
c. Swap
d. Leading
dan legging
DAFTAR
PUSTAKA
Hanafi, Mamduh
M. 2003. Manajemen Keuangan
Internasional. Yogyakarta: BPFE
Kuncoro,
Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan
Internasional: Prngantar Ekonomi dan Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE
Madura, Jeff.
2000. Manajemen Keuangan Internasional.
Jakarta: Erlangga
Yuliati,
Sri Handaru & Prasetyo, Handoyo. 2005.
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: Andi
Semoga Bermanfaat