Tuesday, May 16, 2017

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN BLACK-LITTERMAN MODEL (BL) UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

   Pada era globalisasi ini usaha  untuk melakukan pengembangan perekonomian nasional dengan memanfaatkan modal baik dalam negeri maupun modal asing, pemerintah mendorong pengembangan pasar modal. Pasar modal merupakan wadah untuk investor dalam menginvestasikan asetnya. Aktivitas alam pasar modal adalah jual beli instrument seperti saham dan obligasi. Indonesia memiliki satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX), yang merupakan penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BJS).
   Investasi merupakan penanaman sebagian asset untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi dibedakan menjadi dua yaitu investasi sektor riil dan investasi sektor finansial. Investasi sektor rill dapat berupa tanah, gedung dll, sedangkan pada investasi sektor finansial seperti saham dan obligasi. Saham pada sektor finansial merupakan instrument yang banyak diminati oleh investor karena memiliki return (keuntungan) yang lebih besar dibandingkan investasi sektor riil. Return yang tinggi merupakan harapan para investor ketika akan melakukan kegiatan investasi, tetapi return yang tinggi memiliki risiko yang tinggi pula. “High risk high return” yang artinya risiko tinggi maka tingkat pengembaian yang kita dapatkan akan tinggi juga.


Dalam pencapaian return yang tinggi investor harus mempunyai kemampuan yang baik pula ataupun strategi agar mendapatkan return yang ingin dicapai. Kata pepatah dalam berinvestasi jangan letakkan telur-telur itu dalam satu keranjang, jadi investor dapat membentuk portofolio dalam melakukan kegiatan investasi. Menurut Zubir (2013:2)  mengatakan bahwa portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari  berbagai saham perusahaan. sedangkan menurut Sartono (2012: 143) portofolio adalah sekumpulan investasi baik berupa aset riil atau real assets maupun aset finansial atau financial assets. Dengan membentuk portofolio diharapkan investor mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang tinggi dan risk (risiko) yang rendah. Menggabungkan beberapa saham (portofolio) dapat membantu investor untuk mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang optimal dengan risiko yang rendah karena adanya diversivikasi aset dari satu saham pada saham lainnya. Diversivikasi saham merupakan sebuah strategi yang digunakan investor untuk mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang tinggi dengan risiko yang minimal dalam kegiatan investasi. Dengan diversivikasi, ketika suatu saham mengalami kerugian maka saham yang lainnya akan menutupi kerugian tersebut. Kondisi tersebut yang menyebabkan return (tingkat pengembalian) yang optimal dan risiko yang minimal.
Pemilihan portofolio mengharuskan investor untuk memiliki kemampuan yang baik dalam menganalisa saham perusahaan. Investor harus dapat memilih perusahaan manakah yang dapat diinvestasikan agar menghasilkan return (tingkat pengembalian) yang tinggi dan perusahan manakah yang harus dihindari karena risiko yang maksimal. Seorang investor mengharapkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal dengan risiko yang minimal. Pemilihan portofolio dengan karakteristik investor tersebut dinamakan portofolio efisien. Investor akan dihadapkan dengan pemilihan bernagai portfolio yang efisien dan akan dipilih satu portofolio yang paling efisien. Hal tersebut dinamakan portofolio optimal.
Dalam pemilihan portofolio yang optimal investor dapat menggunakan berbagai model seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan  Index Tunggal Model. Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model penilihan portofolio optimal yang diperkenalkan oleh Sharpe, Linter dan Mossin yang hanya melihat data historis, suku bunga dan indeks harga gabungan perushaan. Dan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM) mengasumsikan bahwa para investor memiliki persepsi mengenai harga pasar dan mencari mean-varian dari portofolio yang optimal. Sedangkan pada model Indeks Tunggal sama hal nya dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) tetapi pada model indeks tunggal merupakan penyederhanaan Mean-Varian Model. Selanjutnya model pengukuran portofolio berkembang semakin pesat dengan lahirnya model Black-Litterman  yang diperkenankan oleh Robbert Litterman dan Fisher Black yang mengkombinasikan keseimbangan CAPM dengan views (pandangan) investor sehingga menghasilkan opini baru untuk membentuk equilibrium return yang baru pula.
Dalam pengukuran portofolio optimal dibutuhkan data seperti harga saham. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan Indeks yang berbasis syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan 30 perusahaan yang tercatat didalamnya dan produk dalam indeks ini merupakan produk halal serta memiliki kapitalisasi yang cukup besar dibandingkan perusahaan lainnya.
      Dalam penelitian ini peneliti harus memiliki fokus yang pasti.  Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu, penelitian akan dilakukan pada perusahaan berbasis syariah khususnya saham yang memiliki return yang tinggi dengan risiko tertentu  dan saham yang memiliki return tertentu dengan risiko yang minim. Saham – saham tersebut akan dibentuk menjadi portofolio optimal berdasarkan Model Black Litterman. Pengukururan portofolio optimal berdasarkan Model Black Litterman akan dilakukan pada perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) Periode Januari 2014 – Desember 2015.
      Yuliana (2014) merupakan salah satu peneliti yang melakukan pengujian portofolio optimal pada perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) menyimpulkan bahwa portofolio optimal yang terbentuk menjanjikan tingkat pengembalian sebesar 3,7146742 per bulan dan risiko yang harus dihadapi yaitu sebesar 7,1379132% per bulan. Berdasarkan penelitian terdahulu dan topik yang dijelaskan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) mengenai portofolio optimal berdasarkan Black-Litterman Model dengan menggabungkan Excess Equilibrium CAPM dan Investor Views. Penelitian ini berjudul “Analisis Portofolio Optimal Berdasarkan Black Litterman Model (BL) Untuk Pengambilan Keputusan Investasi Saham (Pada Perusahaan Yang Terindeks Oleh Jakarta Islamic Index (JII) Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Januari 2104 – Desember 2015).”
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk  portofolio optimal berdasarkan Black Litterman Model pada perusahaan yang terindeks oleh Jakarta Islamic Index (JII) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”
1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan portofolio optimal berdasarkan Black Litterman Model pada perusahaan yang terindeks oleh Jakarta Islamic Index (JII) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4  Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagi investor maupun calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dimana investor dapat menganalisis sebelum mengambil keputusan dalam kegiatan investasi saham dan membentuk portofolio optimal.
2.    Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam menentukan kebijakan perusahaan.
3.    Bagi Peneliti
 Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai investas saham khususnya dalam manajemen portofolio. Dan diharapkan peneliti mampu memahami dan menganalisis peranan portofolio optimal.

4.    Bagi Pengembangan Ilmu Penetahuan
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan dan  dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang lebih lanjut bagi Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Bab 2, 3,4 DAN 5
Bisa Hubungi Saya

Friday, May 12, 2017

Makalah Exposure Ekonomi / Operasi : Manjemen Keuangan Internasional

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Exposure ekonomi jauh lebih penting bagi kesehatan jangka panjang suatu usaha bisnis disbanding perusahaan yang diakibatkan oleh exposure transaksi maupun exposure akuntansi. Walaupun demikian, exposure ekonomi sering kali  dinilai subyektif karena tergantung dari estimasi perubahan aliran arus kas dimasa mendatang dalam suatu kurun waktu yang arbitrer. Dengan kata lain exposure ekonomi tidak berasal dari exposure akuntansi namun berasal dari analisis operasi sehingga exposure ekonomi disebut juga exposure operasi. Perencanaak mengenai exposure ekonomi merupakan tanggung jawab  total manajemen karena mencakup interaksi strategi keuangan, pemasaran, pembelian dan produksi.
Exposure operasi lebih kompleks disbanding exposure transaksi karena itu pengukuran exposure ekonomi/operasi terhadap nilai perusahaan cukup signifikan. Perusahaan yang tidak dapat mengantisipasi exposure tersebut akan mengakibatkan turunnya daya saing dan penurunan nilai perusahaan. dalam exposure ini akan membahas mengenai pengukuran exposure ekonomi/operasi, dampak dari exposure ekonomi/operasi dan exposure ekonomi/operasi dalam konteks apresiasi dan depresiasi mata uang local serta bagaimana untuk mengantisipasi exposure tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Exposure Ekonomi/Operasi?
2.      Bagaimana Exposure Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang Lokal?
3.      Bagaimana Cara Mengukur Exposure Ekonomi/Operasi?
4.      Bagaimana Dampak Dalam Exposure Ekonomi/Operasi?
5.      Bagaimana Mengantisipasi Exposure Ekonomi/Operasi?


1.3  Tujuan
1.      Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Pengertian Exposure Ekonomi/Operasi?
2.      Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Exposure Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang Lokal?
3.      Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengukur Exposure Ekonomi/Operasi?
4.      Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Dampak Exposure Ekonomi/Operasi?
5.      Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengantisipasi Exposure Ekonomi/Operasi?




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Exposure Ekonomi/Operasi
            Menurut Madura (2000:285) mendeskripsikan bahwa sejauh mana  present value dari arus kas masa depan sebuah perusahaan dipengaruhi oleh  fluktuasi nilai tukar  disebut dengan exposure ekonomi terhadap nilai tukar. Namun, pengaruh fluktuasi nilai tukar atas arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh transaksi valuta.
            Machfoedz (2002) mengemukakan bhwa eksposur  ekonomi  adalah risiko  perubahan  nilai  perusahaan  atau perubahan  aliran  kas  yang  disebabkan  karena perubahan nilai tukar. Eksposur ekonomi yang meliputi  eksposur  transaksi  dan  eksposur operasi, menjelaskan pengaruh perubahan nilai tukar  mata  uang  terhadap  nilai  ekonomis perusahaan.  Walaupun  eksposur  transaksi termasuk eksposur akuntansi, tapi lebih pantas sebagai  eksposur  arus  kas  dan  sebagai  bagian dari  eksposur  ekonomi. 
            Eksposur ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja. Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam pasar domestik, oleh sebab itu perusahaan domestik harus  bersaing dengan perusahaan asing dalam merebut pasar, adanya fluktuasi nilai tukar akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan laba rugi perusahaan (Anggraeni:2003).
            Untuk memperjelas ekposure ekonomi/operasi berikut contoh yang dikemukakan oleh Hanafi (2003:277):
Misalkan ada perusahaan Indonesia yang mempunyai cabang di Amerika Serikat. Cabang tersebut memproduksi barang yang akan dijual di pasar domestic AS. Proporsi input yang signifikan dating dari Indonesia. Kemudian mata uang dolar mengalami depresiasi terhapat Rupiah yang cukup signifikan. Perhatikan bahwa contoh berikut menunjukkan depresiasi. Biasanya mata uang yang mengalami depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas dengan nominasi mata uang tersebut, jika dikonversikan ke mata uang Negara kantor pusat akan lebih kecil dibandingkan sebelum didepresiasi. Perubahan aliran kas karena perubahan kurs disebabkan dua hal:
a.       Perubahan daya saing. Perubahan kurs mengakibatkan perubahan daya saing. Dalam contoh diatas, karena sebagian input didatangkan dari Indonesia, harga input dalam rupiah akan menjadi lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi daya saing  produk tersebut.
b.      Perubahan karena konversi mata uang. Perubahan kurs juga mengakibatkan perubahan aliran kas. Dalam contoh diatas, dengan depresiasi dolar, satu dolar AS akan menghasilkan Rupiah yang lebih sedikit terjadi depresiasi dolar.
2.2  Exposure Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi Dan Depresiasi Mata Uang Lokal
Exposure ekonomi/Operasi dalam Apresiasi Mata Uang Lokal
Dampak apresiasi mata uang local terhadap eksposure ekonomi/operasi terlihat pada kolom kedua Tabel 2.2. penjualan perusahaan untuk pasar local diperkirakan akan turun akibat apresiasi mata uang local. Ini disebabkan karena meningkatnya persaingan karena konsumen dapat memperoleh produk pengganti dari luar negeri yang lebih murah. Seberapa jauh menurunnya penjualan local akan tergantung ari derajat persaingan antara produk asing dengan produk local di pasar domestic (Kuncoro.1996:281)
Aliran kas yang berasal dari ekspor yang dinilai dalam mata uang local kemungkinan akan menurun akibat apresiasi mata uang local. Alasannya, importer asing membutuhkan lebih banyak devisa untuk membeli produk ekspor.
Menurut Madura (2000:286) mengemukakan bahwa Secara keseluruhan, apresiasi valuta local akan menyebabkan penurunan arus kas masuk maupun arus kas keluar. Jadi sulit untuk membuat kesimpulan umum mengenai apakah arus kas netto akan meningkat atau menurut jika valuta local mengalami apresiasi. Dampak dari valuta local atas arus kas netto perusahaan tergantung pada apakan variable-variabel kas masuk dipengaruhi lebih besar atau lebih kecil daripada variable-variabel kas keluar. Sebagai contoh jika erusahaan bergerak dalam bisnis ekspor tetapi mendapatkan sebua produk input dari pasar local dan meminjam dari institusi  keuangan local, maka variable-variabel kas masuknya akan berkurang dengan besar yang lebih tinggi daripada variable-variabel arus kas keluarnya. Dalam hal ini arus kas netto akan berkurang. Sebaliknya arus kas masuk dari perusahaan yang mengkonsentrasikan penjualannya dalam pasar local dan mendapat persaingan yang lemah  dari pesaing-[easing asing tidak akan berkurang banyak jika valuta local mengalami apresiasi. Jika perusahaan semacam ini mendapatkan input dar luar negeri, arus kas keluarnya akan berkurang. Secara keseluruhan, arus kas netto perusahaan ini akan meningkat akibat apresiasi  valuta local.
Ekspor yang dinilai dalam mata uang asing kemungkinan juga akan menurunkan aliran kas masuk meskipun dengan alasan yang berbeda. Permintaan tas produk perusahaan oleh importer asing tidak akan berubah, karena importir tersebut dapat menggunakan mata uangnya sendiri dan tidak perlu mendapatkan mata uang local yang digunakan oleh perusahaan. Namun ketika perusahaan menerima aliran kas masuk ia harus mengkonversinya kedalam mata uang local. Bila mata uang local mengalami apresiasi, aliran masuk ini akan berkurang nilainya. Deikian juga setiap bunga dan deviden yang diterima  dari investasi asing akan berkurang nilainya bila dikonversikan kedalam mata uang local yang mengalami apresiasi (Kuncoro.1996:282).
Berkaitan dengan kas keluar menurut Kuncoro (1996:282) bahwa biaya mengimpor bahan baku yang dinilai dalam mata uang local tidak akan secara langsung terpengaruh oleh setiap perusahaan kurs valas. Walaupun demikian, biaya bahan baku dalam mata uang asing akan berkurang apabila mata uang local mengalami apresiasi. Ini diakibatkan karena ditukarnya mata uang local yang menguat dengan dengan valaa untuk membayar bunga.
Tabel 2.2 Expisure Ekonomi Terhadap Fluktuasi  Nilai Tukar
Variabel-variabel yang mempengaruhi Arus Kas Masuk Valuta Lokal
Dampak Apresiasi Valuta Lokal atas Variabel
Dampak Depresiasi Valuta Lokal atas Variabel
Penjualan local (relative terhadap para pesaing dalam pasar local)
Ekspor yang didenominasi dalam valuta local
Ekspor yang didenominasi dalam valuta Asing
Bunga yang diterima dari investasi  di luar negeri

Turun

Turun

Turun

Turun
Naik

Naik

Naik

Naik

Variabel-variabel yang mempengaruhi Arus Kas Keluar Valuta Lokal
Dampak Apresiasi Valuta Lokal atas Variabel
Dampak Depresiasi Valuta Lokal atas Variabel
Bahan  baku impor yang didenominasi dalam valuta local
Bahan baku yang didenominasi dalam valuta asing
Bunga yang terhutang dari dana luar negeri yang dipinjam
Tidak Berubah

Turun

Turun
Tidak Berubah

Naik

Naik

Exposure Ekonomi/Operasi dalam Depresiasi Mata Uang Lokal
Table kolom 3 diatas menunjukkan  bila mata uang local mengalami depresiasi, maka variable-variabel akan terpengaruh dalam arah yang berlawanan dengan bila terjadi apresiasi. Penjualan local akan meningkat akibat menurunnya persaingan dengan produk asing. Ini disebabkan harga produk-produk asing dirasakan lebih menjadi tinggi dimata konsumen local. Ekspore perusahaan yang dinilai dalam mata uang asing dirasak murah bagi importir sehingga meningkatkan permintaan atas produk tersebut. Bahkan ekspor yang dinilai dalam valas akan mengakibatkan aliran kas karena sejumlah aliran mata uang asing ke dalam perusahaan akan menghasilkan nilai yang lebih  tinggi bila dikonversi dalam mata uang local. Selain itu, bunga maupun deviden dari investasi asing sekarang akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dalam mata uang local (Kuncoro.1996:283)
Menurut Madura berkenaan dengan arus kas keluar, bahan baku impor didenominasi dalam valuta local tidak akan secara langsung dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar. Namun, biaya bahan baku impor yang didenominasi dalam valuta asing akan naik, karena kan lebih banyak dibutuhkan valuta asing yang diinginkan. Setiap Bungan yang harus dibayarkan untuk pinjaman juga akan menjadi lebih tinggi.
Secara umum dapat disimulkan bahwa depresiasi mata uang local menyebabkan kenaikan, baik dalam aliran kas masuk maupun aliran kas keluar. Karena itu sulit untuk menggeneralisasi apakah aliran kas bersih akan meningkat atau menurun akibat depresiasi mata uang local. Hasil akhir akan tergantung apakah variable yang mempengaruhi aliran kas keluar. Perusahaan yang mengkhususkan pada bisnis ekspor dan memperoleh bahan baku dan dana pinjaman secara local agaknya akan mendapat manfaat dari depresiasi mata uang local. Sebaliknya, perusahaan yang menfokuskan pada pasar mendapatkan sebagian besar bahan baku dari impor agaknya akan menderita akibat depresiasi mata uang local.

2.3  Mengukur Exposure Ekonomi/Operasi
1.      Sensitivitas Laba Terhadap Nilai Tukar
Madura (2000:290) menjelaskan bahwa salah satu pengukuran exposure ekonomi sebuah MNC adalah mengklasifikasikan kedalam item-item yang berbeda dan laporan laba rugi kemudian secara subyektif memprediksi tiap item laporan laba rugi berbasis nilai tukar hasil peramalan. Selankutnya scenario nilai tukar yang lain bisa dipertimbangkan dan peramalan atas item-item laporan laba rugi dapat direvisi. Denga mereviw bagaimana laba dalam laporan laba rugi berubah sebagai reaksi terhadap scenario-skenario nilai tukar yang berlainan, perusahaan dapat menilai pengaruh dari pergerakan valuta atas laba dan arus kas. Jika biaya dan perusahaan terkena dampak yang besarnya sama, perusahaan tersebut tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari pergerakan nilai tukar.
Tabel 23.1 Pendapatan dan Biaya Madison Inc

Bisnis dii AS (US$)
Bisnis di Kanada (C$)
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
$ 304
50
C$ 4
200
Laba Kotor
$ 254
C$ (196)
Biaya Operasi:
Tetap
Variabel

$ 30
$ 30,72

-
-
Total Biaya Operasi
$60,72
-
Laba Sebelum bunga
$ 193,28
C$ (196)
Beban Bunga
$ 3,00
10
Laba Setelah Pajak
$ 190,28
C$ (206)
Suatu perusahaan AS yang melakukan bisnis di Kanad. Penjualan produk Madison di pasar local dinyatakan dalam dolar AS (US$), sedang penjualannya di Kanada didenominasi dalam dolar Kanada (C$).
            Madison diasumsikan hendak menaksir seberapa jauh laporan laba ruginya akan dipengaruhi oleh 3 kemungkinan kurs valas untuk dolar Kanada: (1) $ 0,75; (2) $ 0,80; dan (3) $ 0,85. Agar lebih realistic, diasumsikan penjualan Madison di AS lebih tinggi apabila dolar Kanada Menguat, Karen pesaing-pesaing Kanada yang berada dalam pasar AS akan menurun daya saingnya. Agar lebih spesifik, berikut adalah proyeksi penjualan Madison dalam pasar AS untuk setiap scenario nilai tukar.
Skenario Nilai Tukar C$
Perkiraan Penjualan Pasar AS (Dalam $ Juta)
$ 0,75
0,80
0,85
$300
304
307










Tabel 23.2 Dampak dari Berbagai Skenario Nilai Tukar atas Laba
Skenario Nilai Tukar
                                                  C$ = $ 0,75                  C$ = $ 0,80                  C$ = 0.85
Penjualan:
1.      AS
2.      Kanada
3.      Total

               $ 300
C$4 =        $ 3
              $ 303

               $ 304
C$4=       $ 3,2
               $ 307,2

                $ 307
C$4 =       $ 3,4
                $ 310,4
Harga Pokok Penjualan
4.      AS
5.      Kanada
6.      Total


7.      Laba Kotor

              $ 50
 C$200 = $ 150
              $ 200

              $ 103

              $ 50
C$200 = $ 160
             $ 210

             $ 97,2

             $ 50
C$200 = $ 170
              $ 220

             $ 90,4
Laba Operasi
8.      AS: Tetap
9.      AS: Variabel (10% dari total penjualan
10.  Total
11.  EBIT

             $ 30
             $ 30,3


            $ 60,3
            $ 42,7

             $ 30
             $ 30,72


             $ 60,72
             $ 36,48

             $ 30
             $ 31,04


              $ 61,04
              $ 29,36
Beban Bunga
12.  AS
13.  Kanada
14.  Total
15.  EBT

             $ 3
C$10 = $ 7,5
            $ 10.5
            $ 32,2

             $ 3
C$10 =  $ 8
             $ 11
             $ 25,48

              $ 3
C$10 = $ 8,5
            $ 11,5
            $ 17,86
Dengan informasi diatas, Madison dapat menentukan bagaimana laporan laba ruginya akan terpengaruh oleh masing-masing scenario kurs. Asumsi dampak kurs terhadap penjualan AS diperlihatkan pada baris 1. Baris 2 menggambarkan bahwa jumlah dolar AS ang diterima dalam dolar AS yang diterima dari penjualan di Kanada (setelah mengkonvers ramalan C$4 juta dari penjualan di Kanada ke dalam dolar AS). Baris 3 menunjukkan perkiraan total penjualan yang diterima dalam dolar AS, yang ditentukan dengan menggabungkan baris 1 dan baris 2. Baris 4 merupakan biaya penjualan barang di AS. Baris 5 mengkonversikan estimasi biaya penjualan sebesar C$ 200 juta kedalam dolar AS untuk masing-masing scenario kurs. Baris 6 mengukur perkiraan dolar AS yang dibutuhkan untuk menutup total biaya penjualan barang, yang diperoleh dari mengkombinasikan baris 4 dan 5. Baris 7 mengestimasikan laba kotor dalam dolar AS, yang diperoleh dari baris 3 dikurangi baris 6. Baris 8 hingga 10 menunjukkan estimasi biaya operasi, sehingga diperoleh EBIT. Baris 12 mengestimasi biaya bunga yang dibayar, sementara baris 13 menunjukkan estimasi dolar  AS yang dibutuhkan untuk membayar bunga di Kanada. Baris 14 mengkombinasikan baris 12 dan 13 untuk mengestimasi total dolar AS yang dibutuhkan  untuk membayar semua bunga. Baris 15 menunjukkan penerimaan sebelim pajak, yang diperoleh dari selisih antara baris 11 dan 14 (Kuncoro. 1996: 290).
Menurut Kuncoro Dampak kurs  terhadap penerimaan dan biaya Madison sekarang dapat dilihat pada table 2.3 mengilustrasikan bhwa baik penjualan di AS dan nilai dolar dari penjualan di Kanada akan meningkat akibat menguatnya dolar Kanada. Ini disebabkan exposure biaya penjualan di Kanada (C$200 juta) jauh lebuh besar disbanding exposure penjualan di Kanada (C$ 4 juta), sehingga terdapat dampak total yang negative terhadap laba kotor dari menguatnya dolar Kanada. Total dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar bunga jauh lebih tinggi dari pada dolar Kanada menguat. Secara umum dapay disimpulkan Madison akan dirugikan apabila dolar Kanada menguat . namun Madison akan untuk jika apabila dolar Kanada melemah terhadap dola AS, karena menurunnya total penerimaan dihilangkan oleh turunnya biaya penjualan dan biaya bunga.

Sedangkan Madura menyimpulkan secara umum dari kasus diatas adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih banyak (lebih sedikit)  biaya dalam valas, relative terhadap pendapatan yang diperoleh dalam valuta asing, akan dirugikan (menguntungkan) oleh menguatnya valuta asing. Tetapi besarya dampak secara pasti hanya dapat ditentukan dengan menggunakan prosedur yang telah dijeaskan. Contoh kita didasarkan pada horizon waktu 1 periode. Jika perusahaan telah membuat proyeksi penjualan, biaya dan nilai tukar untuk beberapa period eke depan, perusahaan tersebut dapat menilai exposure ekonomi secara terus menerus. Setiap saat, exposure ekonomi akan dipengaruhi oleh perubahan dalam karakteristik operasi.
2.      Sensitivitas Arus Kas Terhadap Nilai Tukar
 Madura (2000) mengemukakan bahwa Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai exposure ekonomi sebuah perusahaan terhadap fluktuasi valuta adalah dengan meregresikan data-data arus kas dan nilai tukar historis.
  
PCFt = a0 + a1et  + ųt

Dimana,
PCFt      = persentase perubahan dalam arus kas yang telah disesuaikan dengan inflasi, yang diukur dalam valuta asal perusahaan, selama periode t
e t               =  persentase perubahan nilai tukar selama periode t
 a1               = koefisien slope
a0            = konstanta
ųt                 = Random eror term
Model  regresi ini bisa dikembangkan dengan melibatkan variable-variabel lain. Sebagai contoh, jika pergerakan valuta lain perlu diperhitungkan dalam model, valuta tersebut dapat dimasukkan kedalam model sebagai variable independen tambahan. Sensitivitas dari pergerakan masing-masing valuta atas arus kas akan ditentukan oleh nilai koefisien regres masing-masing. Jika arus kas sebuah perusahaan multinasional dipengaruhi oleh banyak valuta, perusahaan multinasional tersebut dapat mengukur sensitivitas dari PCF, terhadap indeks valuta (gabungan).
Sejumlah perusahaan multinasional mungkin lebih suka menggunakan nilai saham mereka sebagai pengganti nilai perusahaan, jika kemudian menilai bagaimana harga saham mereka berubah sebagai reaksi terhadap pergerakan valuta. Analisis regresi kemudian dapat diaplikasikan untuk situasi ini, dengan mengganti PCF, dengan presentasi perubahan dalam harga saham.
r = a0 + a1 + IHSG + a2 E +e
dimana r merupakan presentase perubahan harga saham perusahaan, IHSG merupakan persentase Indeks Harga Saham Gabungan, E merupakan persentase perubahan dari nilai setiap valas (Kuncoro. 1996: 292)
            Sejumlah peneliti menurut Madura (2000) termasuk Adler dan Dumas, menyarankan pemakaian analisis regresi untuk tujuan ini. Dengan menggunakan pergerakan harga saham sebagai variable independen, analisis regresi dapat menjelaskan seberapa sensitivnya nilai perusahaan (harga saham) terhadap pergerakan nilai tukar.
2.4  Dampak Exosure Ekonomi/Operasi
Menurut Kuncoro (dalam Stonehill,et al. 1982: 128) dampak exposure ekonomi tergantung dari horizon waktu yang digunakan. Setiap perusahaan kurs yang tidak diharapkan akan berdampak bagi aliran kas perusahaan dalam 4 tahap: Jangka Pendek, Jangka menengah dengan kasus ekuilibrium, Jangka Menengah dengan kasus ketidakseimbangan, dan jangka panjang.
1.      Jangka Pendek
Menurut Yuliati & Prasetyo dampak exposure opersi adalah pada aliran kas yang diharapkan dalam anggaran operasi satu tahunan. Keuntungan atau kerugian yang dialami akan ditentukan oleh denominasi mata uang. Denominasi mata uang dalam perjanjiantertulis umumnya tidak dapat diubah, demikian juga dengan perjanjian yang tidak tertulis. Dalam jangka pendek perusahaan umumnya juga sulit menyesuaikan harga jual atau harga  faktor-faktor produksi. Oleh karena itu, aliran kas yang terealisasi akan berbeda dari yang dianggarkan . tetapi, seiring berjalannya waktu, harga-harga dan biaya-biaya akan dapat  disesuaikan untuk mencerminkan kondisi persaingan baru yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang.
2.      Jangka Menengah: Kasus Ekuilibrium
Dampak kedua adalah pada aliran kas janga menengah yang diharapkan, seperti yang telah ditunjukkan dalam perencanaan dua sampai lima tahunan, dimana terdapat kondisi keseimbangan diantara berbagai nilai tukar mata uang, laju inflasi dan tingkat bunga antar Negara. Dibawah kondisi keseimbangan perushaan seharusnya dapat menyesuaikan harga dan biaya faktor produksi untuk mempertahankan aliran kas yang diharapkan. Dalam kondisi ini, denominasi mata uang dari aliran kas yang diharapkan tidaklah sepenting Negara dimana aliran kas diperoleh . kebijakan moneter, fiscal dan neraca pembayaran akan menentukan apakah kondisi keseimbangan akan tetap ada dan apakah perusahaan mampu menyesuaikan harga dan biaya (Yuliati &Prasetyo. 2005: 172)
Kuncoro (1996) mendeskripsikan bahwa apabila ekuilibrium terjadi terus menerus, dan perusahaan bebas menyesuaikan harga  dan biaya agar dapat mempertahankan posisi kompetitifnya, exposure ekonomi mungkin sama dengan nol. Aliran kas dan pasar perusahaan tidak berubah karena perubahan kurs valas telah diantisipasi. Walaupun demikian, mungkin kondisi ekuilibrium terjadi namun perusahaan tidak ngin atau tidak dapat menyesuaikan perasinya terhadap lingkungan yang baru. Dalam kasus seperti itu perusahaan akan mengalami exposure ekonomi karena realisasi aliran kas akan berbeda dengan yang diharapkan,. Akibatnya, nilai pasarnya mungkin juga berubah
3.      Jangka Menengah: Kasuk Ketidakseimbangan
Dampak ke 3 adalah pada aliran kas jangka menengah, dengan asumsi terjadi ketidakseimbangan. Dalam kasus ini perusahaan tidak dapat menyesuaikan harga dan biayanya akibat perubahan kurs valas. Realisasinya aliran kas perusahaan akan berbeda dengan aliran yang diharapkan. Karena tidak diantisipasi maka nilai pasar perusahaan bisa saja berubah (Kuncoro. 1996: 286)
4.      Jangka Panjang
Dampak terakhir adalah pada aliran kas jangka panjang, yaitu periode diatas 5 tahun. Aliran kas perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi pesaing yang ada maupun potensial terhadap perubahan kurs dalam kondisi ketidakseimbangan. Memang harus diakui, semua perusahaan, tidak peduli orientasi pasarnya domestic maupun multinasional, akan terkena exposure ekonomi dalam jangka panjang apabila pasar vals tidak berbeda dalam kondisi keseimbangan secara terus menerus (Kuncoro. 1996: 286)
2.5  Mengantisipasi Exposure Ekonomi/ Operasi
Sebelum membahas mengenai strategi untuk mengantisipasi exposure ekonomi. Berikut adalah faktir yang mepengaruhi exposure ekonomi menurut Setiadi:
a.       Penjualan produk perusahaan, di dalam atau di luar negeri
b.      Pesaing utama perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri
c.       Elastisitas permintaan barang terhadap harga
d.      Lokasi produksi
e.       Impor bahan baku
f.       Enetapan harga input dan output


Menurut Kuncoro (1996) tujuan manajemen exposure ekonomi adalah mengantisipasi dan mempengaruhi dampak kurs valas yang tidak diharapkan terhadap a;iran kas perusahaan di masa yang akan dating. Untuk itu manajer harus tidak hanya mengenali kondisi ketidakseimbangan namun juga harus mempersiapkan perusahaan untuk bereaksi dengan cara yang paling tepat. Tugas ini dapat dilakukan dengan baik apabila perusahaan nelakukan diversifikasi Internasional baik operasi maupun dasar pembiayaan serta strategi pemasaran.
1.      Diversifikasi Operasi
Diversifikasi operasi menurut Kuncoro (1996) meliputi diversifikasi penjualan, lokasi produksi dan sumber bahan baku. Cara yang umumnya ditempuh adalah:
a.       Melakukan bauran input. Para produse mobil Jepang mengantisipasi menguatnya yen dengan melakukan outsourcing, yaitu mendapatkan input dari luar Jepang terutama korea Selatan dan Taiwan, Negara dimana mata Uangnya berkaitan erat dengan dolar AS.
b.      Menggeser produksi diantara pabrik yang ada. TNC dengan system globalnya dapat mengalokasikan produksi bagi beberapa pabriknya sejalan dengan berubahnya biaya produksi dalam dolar, meningkatkan produksi di Negara yang mata uangnya mengalami depresiasi/devaluasi dan menurunkan produksi di Negara yang mata uangnya mengalami apresiasi/revaluasi.
c.       Mendirikan pabrik baru di luar negeri.  Menguatnya yen telah menyebabkan banyak perusahaan Jepang melakukan relokasi pabriknya  ke luar negeri, seperti ke Taiwan, Korea Selatan, Singapura bahkan ke AS.
d.      Meningkatkan produktivitas dengan menutup pabrik yang tidak efisien, meningkatkan otomatisasi, dan meningkatkan kualitas produk. Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan AS karena tekanan persaingan dari perusahaan asing.
e.       Perencanaan terhadap perubahan kurs. Kemampuan untuk memprakirakan fluktuasi kurs membawa implikasi yang fundamental bagi manajemen risiko valas,. Bermacam strategi bersaing dapat digunakan seperti outsourcing, system manufaktur yang stabil, jaringan produksi global, dan memperpendek siklus produk.
Diversifikasi dasar pembiayaan berarti mendapatkan dana di satu atau lebih pasar modal dan mata uang. Bila suatu perusahaan mendinersifikasikan sumber pembiayaannya, maka ia akan memposisikan untuk mengambil manfaat dari penyimpangan temporer dari dampak Fisher Internasional.
2.      Strategi Pemasaran
Desain strategi pemasaran dalam kondisi mata uang local yang fluktuatif merupakan peluang yang patut diperhitungkan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Strategi pemasaran menurut Kuncoro yang lazim digunakan adalah:
Seleksi dan segmentasi pasar
Menurut Hanafi (2003) seleksi pasar menentukan pasar mana yang akan dimasuki dengan strategi yang yang bagaimana. Negara dengan mata uang yang menguat merupakan target yang cukup menarik dimasuki karena harga menjadi relative lebuh mahal dibandingkan produk impor. Sebagai contoh, jika mata uang yen menguat terhadap mata uang Rupiah, maka produk Indonesia mempunyai kesempatan yang bagus untuk menembus pasar Jepang. Pada waktu dolar AS menguat terhadap yen dan mark Jerman pada awal tahun 1980-an, perusahaan mobil Jepang dan Jerman memperoleh kesempatan yang baik untuk melakukan penetrasi pasar di AS.
Manajer dapat melakukan segmentasi pasar untuk mengurangi sensitvitas pasar terhadap perubahan harga. Perubahan kurs terutama akan menyebabkan daya saing harga akan berubah. Pada waktu dolar menguat terhadap Yen Jepang, harga mobil Jepang bisa ditekan lebih murah karena input mobil tersebut didenominasi yen, yang nilainya melemah terhadap dolar AS.
Strategi Bauran Pasar
menurut Hanafi (2003) strategi bauran basar dapat dilihat dari:
a.       Produk. Untuk menghindari sensitivitas pasar terhadap harga, perusahaan dapat mengembangkan lini produk yang lebih beragam, tidak hanya tergantung pada yang menggunakan harga sebagai alat persaingan. Lini produk yang semakin berkembang biasnya mengikuti target pasar yang semakin berkembang. Dengan demikian perusahaan harus menentukan lebih dulu pasar yang akan dijadikan sebagai target, kemudian merancang produk untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
b.      Harga. Jika kurs berubah  ada dua tujuan yang tidak selalu konsisten yaitu pangsa pasar dan marjin keuntungan. Jika mata uang mengalami devaluasi/depresiasi, produk yang dihasilkan oleh perusahaan Negara tersebut akan relative menjadi murah. Perusahaan mempunyai dua pilihan:
(1)   Harga berubah. Jika mengalami depresiasi mata uang suatu Negara, biaya barang impor akan naik dan kemungkinan harga barang impor akan ikut naik.
(2)   Harga tetap. Jika harga tidak berubah, perusahaan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar. Tetapi strategi tersebut tidak akan meningkatkan marjin keuntungan
Strategi sebaliknya dilakukan jika mata uang suatu Negara mengalami apresiasi. Perusahaan asing, daam situasi tersebut bisa menurunkan harga  untuk menjaga pangsa pasar. Tetapi biaya yang dihadapi adalah menurunnya marjin keuntungan, bahkan bisa rugi khususnya dalam jangka pendek.  Dilain pihak perusahaan asing bisa menaikkan  harga untuk mengimbangi kenaikan harga input yang didatangkan dari luar. Strategi macam ini akan memepertahankan marjin keuntungan, tetapi pangsa pasar bisa berkurang.
c.       Promosi. Untuk menghadapi perubahan kurs promosi dilakukan konsisten dengan strategi produk atau harga.
d.      Distribusi. Strategi distribusi mengikuti strategi pasar dan produk.




3.      Produksi
a.       Komposisi input. Perusahaan dapat menggunakan input lebih banyak dari Negara dengan mata uang yang mengalami depresiasi  dan mengurangi input dari Negara dengan mata uang yang menguat. Jika mata uang domestic menguat relative terhadap mata uang asing, komposisi nput dari luar negeri akan lebih diperbanyak.
b.      Pemindahan fasilitas produksi. Jika perusahaan multinasional mempunyai beberapa pabrik di beberapa Negara, tingkat produksi dapat diubah ubah. Tingkat produksi akan ditingkatkan di pabrik di Negara dengan mata uang  yang melemah. Sebaliknya jika mata uang suatu Negara menguat, tingkat produksi di pabrik di Negara tersebut akan di perkecil.
c.       Lokasi Pabrik.
Perusahaan multinasional dapat memindahkan lokasi pabriknya ke Negara ketiga, biasaya Negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dengan cara itu, disamping biaya produksi bisa ditekan, penghematan biaya produksi bisa dipakai untuk mengkompensasi apresiasi nilai mata uang dalam negeri.
d.      Meningkatkan produktivitas.
Dengan meningkatkan produktivitas,  kebutuhan relokasi pabrik menjadi lebih berkurang karena perusahaan multinasional bisa mengkompensasi exposure mata uang asing dengan kenaikan produktivitas.

4.      Kebijakan Keuangan
a.       Hedging Alamiah.
Melalui hedging alamiah, perusahaan multinasional berusaha menyeimbangkan denominasi aliran kas masuk dengan denominasi aliran kas keluar. Misal perusahaan multinasional Indonesia mengekspor barang ke Filifina. Perusahaan tersebut dengan demikian memperoleh aliran kas masuk dengan denominasi peso Filifina, sementara input dibayar dengan Rupiah. Misalkan terjadi depresiasi peso Filifina yang cukup signifikan, maka aliran kas masuk akan menjadi lebih sedikit jika kas tersebut dikonversikan ke Rupiah, sedangkan aliran kas keluar dalam rupiah tidak berubah.
Dengan demikian perusahaan tersebut mengalami aliran kas masuk bersih yang lebih sedikit. Utnuk menghindari situasi semacam itu, perusahaan multinasional bisa membperbanyak aliran kas keluar dengan denominasi peso Filifina untuk menyeimbangkan aliran kas masuknya. Perusahaan multinasional tersebut dapat pempebanyak input dari Filifina sehingga aliran kas keluar dibayar dengan peso Filifina.
b.      Back to Back Loan.
Cara ini selain untuk manajemen exposure operasi juga dapat digunakan untuk mengatasi batasan airan modal. Cara tersebut dapat digambarkan sebagai beriku: misalkan ada dua perusahaan multinasional: (1)perusahaan AS dengan cabang di Prancis, (2) perusahaan Prancis dengan cabang di AS. Jika prancis membutuhkan dana (dalam franc), dan AS membutuhkan dana (dalam dolar), masing-masing pusat tidak perlu memasok dana secara langsung,. Jika memasok dana secara langsung akan terjadi exposure valuta asing. Pusat AS memberikan dana dalam olar, kemudian dikonversi ke Franc Prancis dan diberikan ke cabang Prancis.
Melalui Back to Back loan, perusahaan prancis memberikan pinjaman dalam bentuk Franc ke cabang Prancis dari perusahaan multinasional AS. Sedangkan perusahaan AS memberikan pinjaman dalam bentu dolar AS ke cababg AS perusahaan multinasional Prancis.
c.       Swap Mata Uang asing
Swap mata uang dilakukan dengan menukarkan  aliran kas dengan denominasi yang berbeda. Misalkan perusahaan multinasional Indonesia mengekspor barang ke AS dan meminjam dana dalam Rupiah ke bank Indonesia. Untuk menyembangkan aliran kas masuk dengan kas keluar atu mengurangi exposure valuta asing, akan lebik baik  bagi perusahaan multinasional tersebut untuk menukarkan lairan kas masuk ke dalam rupiah. Misalkan perusahaan tersebut menemukan perusahaan multinasional AS yang mengekspor  barang ke Indonesia. Aliran masuk perusahaan tersebut mempunyao denoinasi rupiah, dan perusahaan tersebut akan lebih baik jika mempunyai aliran kas keluar dengan denominasi dolas AS. Perusahaan multinasional Indonesia dapat melakukan swap aliran kas dolar menjadi aliran kas rupiah dengan perusahaan multinasional AS. Perusahaan multinasional AS mempunyai aliran kas masuk dalam dolar setelah perjanjian swap tersebut.
d.      Leading dan Legging
Leading berarti mempercepat aliran pembayaran, sedangkan Legging berarti memperlambat pembayaran. Jika mata uang suatu Negara diperkirakan mengalami depresiasi yang signifikan, maka aliran kas masuk dengan denominasi mata uang tersebut lebih baik dipercepat. Jika aliran kas masuk tersebut dibayar pada waktu mata uang terdepresiasi, maka nilai aliran kas masuk tersebut akan berkurang.sedangkan aliran kas keluar dengan denominasi mata uang tersebut akan lebih baik jika diperlambat.








                                                        BAB III     
PENUTUP
3.1 Keimpulan
            Eksposur  ekonomi  adalah risiko  perubahan  nilai  perusahaan  atau perubahan  aliran  kas  yang  disebabkan  karena perubahan nilai tukar. Untuk mengukur exposure ekonomi dapat menggunakan dua cara yaitu sensitivitas laba terhadap nilai tukar  dan sensitivitas arus kas terhadap nilai tukar. Juga dalam xposure ekonoi terdapat dampak yang terjadi yaitu dampak jangka pendek, jangka menengah (Ekuilibrium dan ketidakseimbangan) dan jangka penjang. Kemudia ekposure ekonomi dapat di antisipasi dengan cara berikut:
1.      Diversifikasi Operasi
2.      Strategi Pemasaran yang meliputi: Seleksi dan segmentasi Pasar dan strategi Bauran Pasar
3.      Produksi yang meliputi:
a.       Komposisi input
b.      Pemindahan fasilitas produksi
c.       Lokasi pabrik
d.      Meningkatkan produktivitas
4.      Kebijakan keuangan, melalui:
a.       Hedging alamiah
b.      Back to back loan
c.       Swap
d.      Leading dan legging




DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE
Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional: Prngantar Ekonomi dan Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Erlangga
Machfoedz, Mas’ud. 2002. PENGARUH RISIKO NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP RETURN SAHAM : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEJ. Vol. 17, No. 4, 2002, 347 – 360. Website: www.jurnal.ugm.ac.id/jieb/article/download/6815/5351
Setiadi, Muhammad Ilham. Analisis Pengaruh Exposure Ekonomi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta. UIN. Website: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14079/1/MUHAMMAD%20ILHAM%20SETIADI-FEB.pdf

Yuliati, Sri Handaru & Prasetyo, Handoyo. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: Andi

Semoga Bermanfaat
 

Farida FR Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang